7 Alasan Kenapa Harga Saham Bisa Naik-Turun?

0 Comments

Naik turunnya harga saham di pasar modal adalah hal yang lumrah karena hal tersebut terjadi akibat dari mekanisme jual beli di pasar modal. Selain itu, ada juga sejumlah faktor yang dapat membuat harga sebuah saham berubah dari waktu ke waktu.

Sederhananya, transaksi pasar saham tak ubahnya seseorang yang belanja pada pasar tradisional. Karena itulah salah satu faktor yang paling diperhitungkan saat menganalisa harga saham adalah permintaan dan penawaran.

Maka dari itu, siapapun yang melakukan transaksi saham perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut.

Yuk simak baik-baik faktor apa saja yang membuat sebuah harga saham bisa naik atau turun!

Ringkasan

  • Ada tujuh faktor umum pergerakan harga saham, yaitu fundamental perusahaan, sentimen industri, aksi korporasi, price action, manipulasi pasar, fluktuasi nilai tukar dan kondisi ekonomi makro.
  • Seluruh saham yang naik ataupun turun selalu memiliki alasan tertentu yang mendukungnya pada kondisi tersebut.
  • Naik turunnya harga saham di pasar modal adalah hal yang lumrah karena hal tersebut terjadi akibat dari mekanisme jual beli di pasar modal.

1. Fundamental Perusahaan

Photo by Markus Spiske / Unsplash

Fundamental perusahaan sering diasosiasikan sebagai faktor utama penyebab terjadinya pergerakan pada harga saham. Kinerja yang ditunjukan pada laporan keuangan perusahaan akan membuat asumsi tersendiri bagi investor.

Untuk melihat kinerja perusahaan yang baik, tidak ada pakem khusus. Hanya saja ada beberapa kriteria yang sering dijadikan patokan. Contohnya, EBITDA perusahaan. Namun perlu diperhatikan bahwa tiap industri memiliki pola yang berbeda ketika menganalisis kinerjanya.

Nah, para investor sendiri sering menjadikan fundamental perusahaan menjadi acuan dasar untuk menentukan apakah mereka akan jual atau beli sahamnya. Jika kamu lihat, di Indonesia mereka yang terkategori saham LQ45 mempunyai fundamental perusahaan yang kuat dan kinerja yang relatif stabil.

Meski demikian, harga sahamnya sudah cukup tinggi bagi investor ritel. Oleh karena itu, fundamental perusahaan sering diajikan alasan sebuah harga saham bisa naik dan turun. Apalagi saat-saat mendekati pengumuman laporan keuangan kuartalan.

2. Sentimen Industri

Photo by Filip Mishevski / Unsplash

Sentimen industri adalah hal yang paling sulit dikendalikan oleh para investor. Faktor ini sering dianggap sebagai kondisi eksternal dari kemampuan sebuah perusahaan. Nah, karena itulah ada beberapa kondisi di mana perusahaan yang memiliki kinerja baik justru mengalami penurunan harga saham sepanjang tahun.

Contoh terbaik yang bisa kita pelajari adalah krisis kesehatan akibat pandemi. Krisis tersebut membawa duka bagi sejumlah industri. Namun, membuat suka cita bagi industri yang lain. Bagi saham industri farmasi dan logistik, kondisi ini akan mempercepat pertumbuhan dan mendatangkan banyak untung sehingga potensi sahamnya bisa saja naik.

Tapi, bagi industri pariwisata, transportasi dan perhotelan pandemi jelas jadi mimpi buruk bagi mereka dan akan membuat investor tak tertarik dengan saham tersebut, yang pada akhirnya membuat sahamnya berpotensi turun harga.

Dari sini kita bisa belajar bahwa ada titik di mana perusahaan tidak bisa menjangkaunya sama sekali. Untuk itu, sentimen industri juga jadi alasan kuat sebuah harga saham bisa naik dan turun.

3. Aksi Korporasi

Photo by Jason Goodman / Unsplash

Secara sederhana, aksi korporasi adalah tindakan/kebijakan/keputusan yang diambil oleh perusahaan yang berdampak kepada para pemegang saham. Misalnya, akuisisi, stock split, merger, rights issue, divestasi dan lain sebagainya. Perusahaan bisa mengubah harga saham tertentu dari keputusan hasil aksi korporasi.

Bahkan sebelum dan sesudah aksi korporasi terjadi umumnya pasar akan membuat sentimen khusus sehingga pergerakan sebuah harga saham bersifat fluktuatif. Maka dari itu, aksi korporasi juga bagian dari sebuah harga saham yang bisa naik-turun.

4. Price Action

Photo by airfocus / Unsplash

Price action adalah pergerakan sebuah harga saham yang diplot secara periodik. Pergerakan ini sering menjadi dasar bagi para investor untuk melakukan investasi seperti saham, komoditi dan aset lainnya.

Nah, strategi price action ini dapat menimbulkan pergerakan harga saham karena sifat dari analisis ini biasanya sudah menginformasikan tentang perilaku investor dalam keputusan berdagangnya di jangka pendek.

Price action juga sering memengaruhi seseorang untuk melihat data secara historis dan melihat perilaku saham tersebut. Jika dilakukan secara besar-besaran tentu saja frekuensi transaksi sebuah saham akan tinggi dan membuat harga saham tersebut jadi berubah.

5.  Manipulasi Pasar

Photo by Hunters Race / Unsplash

Dalam beberapa kasus di pasar modal, ada sejumlah orang dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk memanipulasi harga sebuah saham. Hal ini bisa terjadi jika mereka memiliki modal besar dan punya pengaruh kuat untuk menciptakan sentimen di media massa.

Hal ini dijadikan tujuan untuk menurunkan atau menaikan harga saham. Tak jarang juga beberapa investor yang sudah melakukan analisa terlebih dahulu dan membuat rencana exit strategy ketika harga sahamnya dinilai sudah cukup untuk meraih keuntungan. Tapi, penyebab dari faktor ini bisa diketahui dengan mudah dan tidak bertahan lama.

6. Fluktuasi Nilai Tukar

Photo by Joachim Schnürle / Unsplash

Nilai tukar sebuah mata uang sering kali jadi acuan untuk melihat kondisi ekonomi makro negara tersebut secara gradual. Terlebih, nilai tukar juga sering menjadi penyebab fluktuasi harga di pasar saham. Tentu saja hal ini masuk akal mengingat konsekuensi yang dihasilkan andai sebuah negara gagal mengontrol mata uangnya.

Secara sederhana, nilai tukar akan mempengaruhi rantai pasok perusahaan. Bagi perusahaan yang sering mengimpor barang, nilai tukar yang tinggi bakal menghimpit usaha mereka dan menarik ikat pinggang. Maka dari itu, kinerja perusahaannya bisa saja memberikan kabar buruk. Karena akan menyebabkan peningkatan biaya operasional perusahaan. Kalau sudah begini, harga saham pasti akan berpengaruh.

Sebaliknya, bagi perusahaan ekspor kenaikan harga bisa saja menguntungkan. Otomatis harga sahamnya akan terkerek. Maka dari itu, banyak pengamat yang memberikan perlakuan khusus kepada nilai tukar saat menganalisa sebuah saham.

7. Kondisi Ekonomi Makro

Photo by Hermes Rivera / Unsplash

Faktor ekonomi makro bisa dipastikan memiliki pengaruh secara langsung terhadap naik turunnya harga saham. Angka pengangguran, nilai suku bunga dan kebijakan pemerintah yang memengaruhi ekonomi bakal membuat harga saham bereaksi.

Misalnya, nilai suku bunga yang tinggi akibat tekanan inflasi akan menggerus harga saham industri properti karena sentimen masyarakat yang kemungkinan besar menahan pola untuk pengajuan KPR. Nilai suku bunga yang tinggi bisa saja jadi angin segar bagi industri perbankan.

Selanjutnya, inflasi juga akan memengaruhi industri FMCG. Tingginya angka inflasi menandakan daya beli masyarakat yang rendah dan membuat saham perusahaan tersebut jadi terkoreksi.

Pengangguran dan stabilitas politik juga bisa membuat banyak investor lari ketika kedua hal tersebut gak bisa dikendalikan. Alhasil, pasar saham jadi gak bergairah dan harganya anjlok. Lain cerita ketika keduanya stabil.

Selain itu, faktor hubungan dari kebijakan pemerintah seperti bantuan langsung tunai atau aturan tentang kemudahan akses kredit tentu saja akan membuat harga saham berubah.

Yang jelas masih banyak sekali faktor penyebab saham turun dan naik pada suatu perusahaan. Semoga artikel ini bisa bermanfaat sebagai referensi sebelum memutuskan saham yang akan dibeli.

Comments