Investor Paling Sukses di Dunia, Untung Hingga 401 juta persen

0 Comments

Cerita Inspiratif | ,

💡
Investor paling sukses bukan Warren Buffett, Peter Lynch, Ray Dalio , George Soros, atau Steven Cohen, melainkan Jim Simons, seorang ahli matematika. Lalu, bagaimana cara dia bisa mendulang kesuksesan dalam berinvestasi?

Kamu pasti banyak yang tidak mengira kalau Jim Simons adalah investor paling sukses di dunia. Apalagi, kekayaan Simons cuma sekitar US$23,5 miliar setara Rp333,41 triliun, nilai itu cuma 27,84 persen dari kekayaannya Buffett yang senilai US$84,4 miliar atau Rp1.197 triliun.

Namun, hal itu menjadi wajar karena Simons baru memulai investasi pada umur 40 tahun, sedangkan Buffett sudah serius investasi sejak umur 10 tahun. Lalu, apa yang dilakukan Simons sebelum memasuki dunia keuangan lewat Renaissance Technologies?


Isi Konten


Kehidupan Awal Investor Paling Sukses di Dunia

Jim Simons sama sekali tidak memiliki latar pendidikan maupun pengalaman kerja sebagai ahli keuangan. Namun, dia memang seorang jenius, buktinya pada usia 23 tahun, Simons telah meraih gelar PhD di University of California, Berkeley, pada 1961.

Setelah menjadi doktor, Simons pulang kampung ke almamater pertamanya sebagai sarjana, yakni Massachusetts Institute of Technology sebagai dosen selama tiga tahun. Selepas dari sana, Simons menjadi asisten profesor matematika di Harvard University selama setahun.

Sebelum menjadi investor paling sukses, petualangan karier Simons dimulai ketika dia menerima tawaran National Security Agency (NSA) sebagai pekerja paruh waktu untuk memecahkan kode rahasia pada 1964. Simons bertugas untuk memecahkan kode rahasia dari blok negara komunis dan sosialis, yang merupakan musuh Amerika Serikat (AS) kala itu.

BACA INI: Hati-hati Jebakan Skema Ponzi, Ini Modus yang Harus Kamu Pahami

Namun, Simons dipecat setelah bekerja tiga tahun di sana gara-gara mengkritik keterlibatan tentara AS dalam Perang Vietnam lewat New York Times. Setelah keluar dari NSA, Simons kembali balik ke kampus untuk menjadi kepala divisi matematika di Stony Brook University.

Simons pun membuat proyek bersama Shing-shen Chern, seorang matematikawan legendaris, yakni membuat paper berjudul Characteristic Forms and Geometric Invartiants. Dari kolaborasi Simons dengan Chern, mereka berhasil membuat Chern-Simons Theory. Teori itu bisa dibilang berkontribusi cukup besar untuk perkembangan fisika modern, terutama untuk quantum mechanics.

Jejak Awal Simons di Dunia Keuangan

Simons mulai berkenalan dengan dunia investasi pada 1978, saat dia sudah berusia 40 tahun. Inilah titik awal sebelum Simons dinobatkan sebagai investor yang paling sukses.

Sebelum mendirikan Renaissance Technologies, Simons memulai investasi di Monemetrics Hedge Fund.  Awalnya, Simons tidak menerapkan kemampuan matematikanya di perusahaan hedge fund tersebut. Namun, Simons menyadari kalau model matematika dan statistik bisa digunakan untuk menafsirkan data keuangan. Dengan model matematika itu, Simons bisa memprediksi arah pergerakan harga aset keuangan di seluruh dunia.

Lima tahun kemudian atau pada 1982, Simons mendirikan Renaissance Technologies (Rentech), sebuah perusahaan hedge fund.

“Hedge fund adalah perusahaan yang mengumpulkan dana investor untuk dikelola ke berbagai aset investasi seperti, saham, obligasi, mata uang dan lainnya”

Menariknya, mayoritas karyawan di Rentech tidak memiliki latar belakang keuangan maupun ekonomi. Simons lebih memilih ahli matematika, statistik, dan programmer sebagai karyawannya. Tercatat, ada 300 orang karyawan Rentech, tetapi hanya dua orang yang pernah bekerja di Wall Street.

Simons memiliki motif untuk menggunakan para ahli matematika di perusahaan hedge fund tersebut. Motif utamanya adalah dia ingin membuat program komputer super cerdas yang bisa memprediksi arah pergerakan aset keuangan di seluruh dunia. Bahkan, ‘program komputer ajaib’ ini bisa mengeksekusi transaksi jual beli aset keuangan secara otomatis.

Dia bisa memprediksi arah pergerakan harga aset keuangan dengan mengolah jutaan data transaksi perdagangan, laporan ekonomi, kebijakan bank sentral, tren historis harga saham puluhan tahun lalu, termasuk sentimen politik hingga data pergerakan cuaca. Khusus data pergerakan cuaca bisa digunakan Simons untuk melihat tren industri komoditas seperti, pertanian. Program komputer buatan Simons itu akan terus memperbarui prediksi sesuai input data terbaru.

Medallion Fund, Produk Simons yang Paling Menguntungkan

Enam tahun mendirikan Rentech, Simon yang dianggap sebagai investor paling sukses, menciptakan produk bernama Medallion Fund bersama tim yang terdiri dari ahli matematik dan sains tersebut. Bisa dibilang Medallion Fund adalah produk Simons yang paling canggih.

Medallion Fund disebut bisa memprediksi korelasi miliaran data di dunia dan melakukan uji efektivitas investasi secara mandiri. Kalau isitilah sekarang dikenal sebagai machine learning.

Berdiri sejak 1988, Medallion Fund disebut telah mencatatkan keuntungan senilai 401 juta persen selama tiga dekade sampai 2018. Jika dibuat rata-rata, Medallion Fund mencatat keuntungan sekitar 66 persen per tahun atau 39 persen per tahun setelah dikurangi biaya manajemen dan administrasi.

Persentase rata-rata keuntungan itu jauh lebih besar dibandingkan dengan George Soros lewat produk Quantumnya yang rata-rata untung 32 persen per tahun selama 1969-2000 dan Warren Buffett lewat Berkshire Hathaway yang catatkan keuntungan 21 persen per tahun pada periode 1965-2018.

Canggihnya Medallion Fund adalah produk besutan Simons ini kebal terhadap krisis ekonomi. Selama periode 1988 sampai saat ini, Medallion Fund sudah melewati tiga tahapan krisis, yakni gejolak Bubble dotcom 2000, krisis keuangan global 2008, dan pandemi Covid-19 2020.

Bayangkan saja, saat bubble dotcom pecah di bursa saham AS, Medallion Fund masih tetap mencatatkan keuntungan sebesar 98,05 persen. Lalu, saat krisis keuangan global, produk Simons ini masih untung 82 persen. Terakhir, sampai kuartal I/2020 di tengah pandemi Covid-19, Medallion Fund juga tetap untung 9,9 persen.

Keuntungan yang Bisa Kamu Peroleh Kalau Berinvestasi di Medallion Fund

Kalau kamu mau tahu betapa dahsyatnya keuntungan Medallion Fund, berikut ada simulasi sederhana investasi di Medallion Fund.

Misalnya, kamu menempatkan uang Rp10 juta pada 1988 di Medallion Fund. Keuntungan investasi selama tiga dekade di sana akan menjadi Rp4 triliun pada 2018. Namun, nilai Rp4 triliun itu adalah keuntungan kotor karena ada biaya manajemen dan administrasi yang besar banget.

Kira-kira keuntungan bersih dari investasi Rp10 juta di Medallion Fund pada 1988 akan menjadi Rp195 miliar pada 2018. Fantastis bukan?

Sayangnya, Medallion Fund sudah enggak terima investor baru sejak 1993. Produk keuangan itu menjadi milik Simons dan karyawannya.

Untuk itu, Simons bikin dua produk untuk publik, yakni Renaissance Equity Fund dan Diversified Alpha Fund. Sayangnya, kedua produk itu belum mampu menyamai kinerja Medallion Fund.

Spekulasi Cara Kerja Algoritma Medallion Fund

Melihat keuntungan besar yang bisa diperoleh Medallion Fund, membuat banyak pihak penasaran seperti apa algoritma besutan Simons itu bekerja. Sayangnya, Simons pun enggan membuka informasi tentang algoritma produk paling menguntungkan di seluruh dunia tersebut.

Akhirnya, muncul berbagai spekulasi terkait algoritma Medallion Fund. Ada dua spekulasi yang paling kuat dibahas soal algoritma produk investor paling sukses di dunia tersebut.

Pertama, ada yang beranggapan algoritma program Medallion Fund ini sudah sangat canggih sekali. Sampai tidak ada lagi manusia yang paham dengan sistem komputasi program itu, termasuk Simons sendiri.

Kedua, algoritma sistem di Medallion Fund memang sengaja dirahasiakan oleh para investor. Tujuannya, demi menjaga efektivitas sistem trading di pasar.

Kira-kira bakal ada produk dari hedge fund lainnya yang bisa memecahkan rekor Medallion Fund enggak ya?

💡
Jika pembaca ingin diskusi lebih lanjut atau ada hal yang ingin ditanyakan, silakan tinggalkan komentar di comment section. Penulis akan berupaya untuk menjawab dan berdiskusi dengan para pembaca di sini. Karena Ngomongin Uang, Gak Ada Habisnya!

Comments