Apa Bedanya Obligasi SBR, ORI, Sukuk Tabungan, dan Sukuk Ritel?

0 Comments

Obligasi| , , , ,

💡
Obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN) adalah salah satu instrumen investasi yang paling aman. Namun ada begitu banyak pilihan variasinya. Artikel ini akan membahas satu persatu keunikannya.

Kali ini aku akan mengulas salah satu instrumen investasi yang tergolong low risk dan cocok untuk para pemula. Namanya obligasi. Apa sih obligasi itu?

Singkatnya, obligasi adalah surat utang. Penerbit obligasi ini adalah pihak yang berutang, sementara pemegang obligasi adalah pihak yang berpiutang. Obligasi ini sendiri bisa diterbitkan oleh 3 pihak: pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan. Artinya, pemerintah (pusat atau daerah) dan perusahaan itu sama-sama bisa berutang kepada masyarakat.

Pada artikel ini, aku hanya akan fokus membahas surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah pusat saja, baik itu yang berupa surat utang maupun sukuk yang menerapkan prinsip syariah; kedua surat berharga tersebut juga biasa disebut sebagai Surat Berharga Negara (SBN).

Sementara itu, pembahasan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan perusahaan akan aku bahas di artikel yang lain.

Kenapa Negara Perlu Berutang dari Masyarakat?

Ada kalanya, pendapatan negara dari pajak, non-pajak, dan hibah itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan belanja negara. Saat itu terjadi, salah satu opsi pendanaan yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menerbitkan surat utang dan menawarkannya kepada masyarakat. Masyarakat di sini tidak hanya masyarakat perseorangan saja, tetapi juga termasuk institusi. Jadi, yang bisa membeli SBN itu adalah masyarakat perseorangan hingga perusahaan-perusahaan, seperti perusahaan asset management.

Umumnya, pemerintah menawarkan SBN beberapa kali dalam satu tahun. Jika kamu membeli obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, kamu akan dapat kepastian kapan masa jatuh tempo atau kapan pemerintah akan membayar utangnya dan berapa imbal hasil pertahun yang akan kamu dapatkan.

Masa jatuh tempo ini berbeda-beda, tetapi umumnya beberapa tahun hingga puluhan tahun. Imbal hasil yang ditawarkan juga berbeda-beda, tergantung berapa lama masa jatuh temponya dan berapa suku bunga Bank Indonesia saat SBN tersebut diterbitkan. Umumnya, imbal hasil yang akan kamu terima dari kepemilikan SBN adalah 5 – 8% pertahun.

Apa saja jenis SBN atau Obligasi yang biasanya diterbitkan oleh pemerintah?

Ada banyak jenis SBN yang bisa kamu beli. Tapi, kali ini aku hanya akan membahas 4 jenis SBN yang umum di kalangan masyarakat; yaitu:

  1. Saving Bond Ritel (SBR)
  2. Obligasi Ritel Indonesia (ORI)
  3. Sukuk Tabungan (ST)
  4. Sukuk Negara Ritel / Sukuk Ritel (SR)

Apa saja bedanya? Aku akan mencoba membahas perbedaan keempat SBN tersebut berdasarkan kategorisasinya.

KATEGORISASI INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA

1) Konvensional atau Syariah

Kategori pertama adalah berdasarkan jenis obligasinya; ada yang konvensional, ada pula yang syariah. SBR dan ORI termasuk dalam kategori investasi konvensional. Sementara Sukuk Tabungan dan Sukuk Ritel termasuk dalam kategori syariah. Singkatnya, Sukuk Tabungan dan Sukuk Ritel dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2) Bisa Diperjualbelikan dan Tidak Bisa Diperjualbelikan

SBR dan Sukuk Tabungan termasuk dalam kategori tidak bisa diperjualbelikan. Sementara ORI dan Sukuk Ritel termasuk dalam kategori bisa diperjualbelikan.

Apa maksudnya? Jika kamu membeli SBR atau Sukuk Tabungan, kepemilikan SBR atau Sukuk Tabungan kamu tidak bisa dipindahtangankan kepada investor lain. Kamu hanya bisa melepas kepemilikan SBR atau Sukuk Tabungan kamu saat masa jatuh tempo atau masa early redemption (maksimal melepas 50% dari total kepemilikan).

Sementara, jika kamu membeli ORI atau Sukuk Ritel, kepemilikan ORI atau Sukuk Ritel kamu bisa dipindahtangankan kepada investor lain. Artinya, kamu bisa menjual ORI atau Sukuk Ritel kamu di pasar sekunder. Untuk menjual kepemilikan ORI atau Sukuk Ritel kamu, kamu bisa langsung menghubungi agen penjual tempat kamu membeli ORI atau Sukuk Ritel tersebut.

3) Imbal Hasil

Dalam Obligasi, ada 2 jenis imbal hasil yang ditawarkan;

  1. Fixed rate
  2. Floating rate

Fixed rate: Kupon bunga atau imbal hasil yang ditawarkan akan tetap sama hingga masa jatuh tempo.

Floating rate: Persentase kupon bunga atau imbal hasil berfluktuasi, mengikuti pergerakan suku bunga Bank Indonesia. Dalam floating rate ini, terdapat batas bawah imbal hasil, jadi imbal hasil terendah yang mungkin kamu terima adalah batas bawah imbal hasil tersebut.

ORI dan Sukuk Ritel menggunakan fixed rate. Sementara SBR dan Sukuk Tabungan menggunakan floating rate.

Jika kamu membeli ORI atau Sukuk Ritel, berarti kan kamu bisa memperdagangkan ORI atau Sukuk Ritel kamu di pasar sekunder. Nah artinya, kamu berpotensi mendapatkan keuntungan tambahan jika suku bunga Bank Indonesia turun. Karena, harga obligasi di pasar sekunder cenderung naik saat suku bunga Bank Indonesia turun. Keuntungan tersebut akan kamu dapatkan jika kamu menjual kepemilikan ORI atau SR kamu di pasar sekunder saat harganya sedang naik.

Sementara jika kamu membeli SBR atau ST, kamu kan tidak bisa memperdagangkan SBR atau ST kamu di pasar sekunder. Namun, kamu tetap bisa mendapat keuntungan tambahan jika suku bunga Bank Indonesia naik, karena imbal hasilnya berupa floating rate yang akan mengikuti kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia.

                                                                         ***

Sekarang, moga-moga kamu udah ngerti ya ke-4 jenis surat berharga negara berdasarkan kategorisasinya. Nah, sekarang aku akan bahas tentang imbal hasil SBN. Bagaimana imbal hasil SBN jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya? Apakah return investasinya menarik?

Aku akan coba membandingkan imbal hasil SBN dengan imbal hasil deposito. Mengapa dibandingkan dengan deposito? Karena, SBN dan deposito memiliki kemiripan. Jika membeli SBN, kita meminjamkan uang kita kepada negara; sementara jika menyimpan deposito, kita meminjamkan uang kita ke bank. Di sisi lain, keduanya sama-sama memiliki masa jatuh tempo, imbal hasil, dan risiko yang tidak jauh berbeda satu sama lain.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa SBN lebih terjangkau karena minimal pembeliannya lebih rendah dibanding deposito dan menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito. Tapi ingat, imbal hasil bukan satu-satunya pertimbangan dalam memilih instrumen investasi karena setiap orang tentu memiliki pertimbangan investasi yang berbeda-beda.

                  ***

Oke setelah tau perbedaannya dan potensi keuntungannya, bagaimana caranya membeli SBN? Kamu bisa membeli SBN dengan 2 cara:

CARA 1: Beli Saat Masa Penawaran

Keempat jenis SBN yang disebutkan sebelumnya bisa kamu beli saat masa penawaran. Tanggal masa penawaran ini sudah ditentukan dan informasinya bisa kamu temukan di portal berita online hingga website kemenkeu.

Untuk lokasi pembeliannya, kamu bisa membeli SBN tersebut di agen penjual atau mitra distribusi SBN yang bersangkutan. Mitra distribusi ini berupa bank, sekuritas, ataupun fintech. Informasi terkait mitra distribusi ini juga bisa langsung kamu akses secara digital, contohnya di website kemenkeu.

Ini adalah daftar SBN yang ditawarkan pemerintah di tahun 2020:

CARA 2: Beli di Pasar Sekunder

Berbeda dengan saat masa penawaran, SBN yang bisa kamu beli di pasar sekunder itu hanya ORI dan Sukuk Ritel. Kenapa? Karena SBR dan ST memang tidak diperjualbelikan di pasar sekunder. Kamu bisa membeli ORI dan SR ini di mitra distribusi yang sudah bekerja sama.

                 ****

Oke deh, sekian dulu pembahasan tentang SBN. Moga-moga bermanfaat bagi kamu yang lagi melirik investasi di obligasi, khususnya Surat Berharga Negara. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

💡
Jika pembaca ingin diskusi lebih lanjut atau ada hal yang ingin ditanyakan, silakan tinggalkan komentar di comment section. Penulis akan berupaya untuk menjawab dan berdiskusi dengan para pembaca di sini. Karena Ngomongin Uang, Gak Ada Habisnya!

Comments