Skema Manipulasi Keuangan yang Perlu Diketahui Semua Orang

0 Comments

Tips Keuangan| , , ,

💡
Skema Ponzi adalah skema manipulasi keuangan yang berumur ratusan tahun. Namun hingga saat ini masih banyak memakan korban. Artikel ini mengulas sejarah dan ciri-ciri pola manipulasi keuangan Ponzi.

Aku ingin berbagi cerita tentang skema manipulasi keuangan yang terbesar dalam sejarah. Metode manipulasi ini umurnya sudah sangat tua, sudah ratusan tahun. Modusnya pun itu-itu lagi, tapi herannya masih banyak juga yang tertipu dengan metode penipuan ini.

Jumlah nominal uang yang dikorbankan oleh skema manipulasi ini enggak tanggung-tanggung. Bisa sampai ratusan miliar bahkan ratusan triliun rupiah. Salah satu kasus terbesar yang pernah terjadi adalah skandal investasi fiktif yang dilakukan Bernard Madoff sejak awal tahun 90an sampai tahun 2008 yang diprediksi menggelapkan uang sekitar US$17,5 miliar atau sekitar Rp250 triliun.

BACA INI: Mau Berinvestasi, Harus Mulai Dari Mana?

Skema manipulasi keuangan ini bernama Ponzi Scheme atau Skema Ponzi. Nama ini diambil dari nama seseorang yang melakukan skema manipulasi ini di tahun 1920an bernama Charles Ponzi.

Nah, sebelum kita bedah lebih jauh skema penipuannya, saya ingin menceritakan secara singkat sejarah penipuan yang dilakukan Charles Ponzi ini kira-kira seratus tahun yang lalu.

Cerita Singkat Charles Ponzi

Pada tahun 1920an belum ada smartphone seperti sekarang. Alat komunikasi yang paling populer saat itu adalah surat-menyurat. Kalau kita ingin mengirim pesan dari Amerika ke Inggris misalnya, itu dikirimnya pakai pos, dan semua surat pengiriman antar negara itu wajib menggunakan kupon surat internasional.

Ponzi ini punya ide bisnis arbitrase dari kupon surat internasional yang harganya lebih murah di Eropa dibandingkan dengan Amerika. Jadi praktisnya, dia beli kupon surat di Eropa dalam jumlah banyak, terus dia jual di Amerika dan dapat keuntungan dari selisihnya.

Nah, untuk menjalankan bisnis arbitrase itu, tentunya Ponzi membutuhkan modal. Tapi karena basis bisnisnya kurang meyakinkan, pengajuan pinjaman dia ditolak oleh bank. Akhirnya, dia mencoba crowdfunding dari teman-teman dan para kenalannya, dengan menjanjikan return yang fantastis, yaitu 50% dalam waktu 90 hari. Ketika saat itu bank hanya bisa memberi bunga sebesar 5% per tahun, siapa yang tidak tertarik dengan tawaran pengembalian bunga sebesar itu.

Akhirnya, ada beberapa kawan yang menaruh uangnya pada bisnis arbitrase Ponzi, dengan mengharapkan imbal hasil atau return sebesar 50% dalam waktu 90 hari. Di hari ke-90, Charles Ponzi benar-benar memberikan return yang besar ke para investornya, sesuai perjanjian. Sejak saat itu, skema investasi Charles menjadi gosip segar di mana-mana.

Semua orang ingin menanamkan uangnya ke Charles Ponzi. Bayangkan saja, jika kita taruh uang 100 juta, dalam waktu 3 bulan dikembalikan sebesar 150 juta. Kalo dihitung secara kumulatif, berarti bunganya mencapai 406% dalam setahun!

Singkat cerita, banyak orang berbondong-bondong menanamkan modal kepada Charles. Mulai dari para pebisnis besar, para pejabat daerah, sampai polisi menanamkan uangnya ke Ponzi.

Nah, terus bagaimana dia menipunya? Apa Charles langsung membawa kabur uang para investor? enggak, awalnya dia betul-betul membayar return yang besar ke para investornya.

Lha, uangnya dari mana? Apakah dari bisnis arbitrase itu? Dari jual-beli kupon pos surat? Bukan, return kepada para investornya dibayar dengan uang dari investor batch berikutnya yang juga menanamkan uangnya ke Ponzi. Investor baru itu nanti dibayar pakai apa? Ya dengan uang dari investor selanjutnya, dan return untuk investor selanjutnya dibayar dengan uang dari investor berikutnya, dan seterusnya. Jadi kasarnya, seperti gali lubang dan tutup lubang terus menerus.

Masalahnya di sini adalah, ada gap atau selisih negatif dari jumlah uang yang seharusnya dia putarkan dalam bisnisnya dengan jumlah uang yang sebenarnya dia miliki.

Kok bisa gitu? Karena sejak awal si Charles Ponzi ini enggak transparan dengan operasional bisnisnya. Jadi, uang investor yang masuk itu bukannya dia gunakan pada skema bisnis operasional yang sehat, tapi malah dia pakai sedikit demi sedikit untuk kepentingan pribadinya. Sampai akhirnya cukup banyak juga yang dia pakai untuk membiayai gaya hidup mewahnya.

Singkat cerita, pada satu titik, akhirnya si Charles Ponzi ini ketahuan dan tidak mampu untuk membayar return ke para investornya. Akhirnya, dia dipenjara selama 14 tahun dengan total kerugian sekitar US$20 juta. Jumlah uang itu tentunya sangat besar, terutama di tahun tersebut.

Modus Manipulasi yang Diulang dan Modifikasi

Sebetulnya sebelum kasus Charles Ponzi, ada banyak kasus penipuan dengan metode yang serupa seperti kasus Adele Vio, Sarah Howe, Franklin Syndicate, dan lain-lain yang sudah terjadi sejak abad 19. Tapi, mungkin karena kasus si Charles Ponzi ini sangat menghebohkan, makanya metode penipuan ini jadi diindentikan dengan namanya.

Charles Ponzi ini memang sudah lama meninggal, sejak tahun 1949. Tapi ponzi scheme atau skema ponzi ini sampai sekarang masih sering terjadi di mana-mana dengan modus yang berbeda-beda.

Ada yang bentuknya berupa arisan berantai, ada yang kedoknya bisnis MLM, ada yang kedoknya asuransi, ada yang kedoknya investasi piramida, ada yang kedoknya bisnis travel agent, dan lain-lain.

Namun, inti polanya itu-itu lagi seperti, ada sebuah entitas yang mencoba untuk menghimpun dana masyarakat dengan janji imbalan pengembalian yang besar dan tidak masuk akal. Dalam skema Ponzi ini, awalnya pengembalian investasi itu memang bisa dilakukan, tapi bukan berdasarkan dari keuntungan bisnis, melainkan dari uang investor berikutnya. Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan sekaligus mengundang para investor berikutnya.

Skema Ponzi ini biasanya sangat menarik terutama bagi para investor pemula. Soalnya, secara hitung-hitungan dibuat seolah-olah sangat menguntungkan, sehingga membuat banyak orang tergiur dan berpikir bahwa mereka akhirnya dapat jalan pintas untuk mendapatkan untung dengan cara yang instan.

Tragisnya tidak jarang para investor yang menaruh seluruh tabungan, dana pensiun, bahkan sampai ada yang menggadaikan surat berharga yang dimiliki. Tanpa mereka sadari bahwa mekanisme itu adalah bom waktu, yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Pada akhirnya, cepat atau lambat skema gali lubang tutup lubang ini pada satu titik enggak akan bertahan dan terbongkar, ujung-ujungnya akan tiba saatnya uang investor tidak bisa dikembalikan karena sudah habis terpakai, entah dipakai hura-hura atau untuk dipakai kepentingan bisnis yang lain.

Skema Ponzi di Indonesia

Untuk kasus di Indonesia sendiri, sebetulnya skema Ponzi ini sudah banyak sekali terjadi sejak jaman dulu. Kasus yang lumayan terkenal itu skandal Koperasi Cipaganti, kasus First Travel, Abu Tours, Qurnia Subur Alam Raya, Golden Trader Indonesia Syariah, dan masih banyak lagi.

Di tahun 2019 lalu juga lumayan heboh skandal keuangan yang melibatkan BUMN asuransi besar, yang mana uang nasabah bukannya diputarkan di sektor-sektor bisnis yang sehat, malah dipakai untuk jual-beli penny stock untuk kepentingan pencairan saham pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Karena uang nasabah dipakai untuk jual-beli pennystock yang sifatnya tidak liquid dan memiliki volatilitas yang tinggi, akhirnya aset BUMN asuransi ambruk sampai-sampai nggak sanggup membayar kewajibannya terhadap nasabah.

****

Itulah sedikit cerita seru dari saya terkait skema penipuan Ponzi. Moga-moga bisa bermanfaat dan bisa jadi pengetahuan baru bagi kamu semua. Semoga konten ini bisa turut membantu mencegah kerugian-kerugian keuangan di masa mendatang.

Jadi, kalau nanti ke depannya kamu mendapatkan tawaran investasi atau diskon menarik yang enggak masuk akal, operasional bisnisnya enggak transparan, apalagi kalo pimpinan perusahaannya kelihatan sering foya-foya liburan ke luar negeri, kamu perlu waspada jangan-jangan itu skema Ponzi!

💡
Jika pembaca ingin diskusi lebih lanjut atau ada hal yang ingin ditanyakan, silakan tinggalkan komentar di comment section. Bagi para pembaca yang memiliki pengalaman terkait skema manipulasi keuangan Ponzi, silakan share di kolom komentar. Penulis akan berupaya untuk menjawab dan berdiskusi dengan para pembaca di sini. Karena Ngomongin Uang, Gak Ada Habisnya!

Comments